Tiga Prinsip Beribadah
(Edi Suranta Ginting)
--------------------------------------
Pengertian tentang gereja yang keliru telah melahirkan cara
beribadah yang sangat keliru. Hari-hari sekarang ini, saya mengamati bahwa ibadah di dalam gereja
tidak jauh berbeda dengan pesta-pesta yang dilakukan di hotel-hotel. Ibadah
sudah bagaikan entertainmen (hiburan).
dua aspek yang telah menjadi keliru. Satu, aspek pengurus
gereja. Pengurus gereja, demi mendapatkan hadirin, membuat acara gereja sangat
menghibur untuk memikat hati pada hadirin agar memberi banyak dan setia hadir.
Bila perlu, pengurus gereja mengundang
figur publik untuk menambah semarak pertemuan.
Dua, aspek jemaat. Jemaat datang ke gereja bukan lagi
sebagai kewajiban sesuai dengan perintah Tuhan di Gunung Sinai, melainkan untuk
mendapatkan hiburan yang murah meriah. Konsekuensinya ialah bahwa jemaat datang
bila mungkin dan datang dengan penampilan bebas.
Dampak dari semua ini ialah hilangnya sudah wibawa gereja
terhadap jemaat. Di samping itu, lemahnya jemaat dalam menghadapi tantangan dan
godaan, sehingga banyak orang Kristen sekarang ini yang dengan mudah
meninggalkan iman percaya mereka kepada Kristus.
Untuk memulihkan keadaan itu, saya mengusulkan supaya gereja
kembali melihat ke Akitab ajaran tentang gereja dan ibadah di dalam gereja. Firman
Tuhan dengan tegas mengatakan bahwa beribadah menghadap Allah itu ada aturannya
dan bukan bebas tanpa aturan. Ibrani 12: 28 mengatakan “Jadi,
karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap
syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan
hormat dan takut.”
Firman Tuhan mengatakan ‘cara yang berkenan
kepada-Nya’. Cara yang berkenan
kepada-Nya tidak berkaitan langsung dengan sikap tubuh, melainkan berkaitan
langsung dengan sikap hati. Sikap hati itulah yang melahirkan sikap tubuh. Sikap hati itu ialah ‘hormat dan takut’.
Tuhan Yesus menginginkan supaya setiap orang yang datang beribadah kepada-Nya
memiliki sikap hati yang hormat dan takut.
Dalam hidup sehari-hari,
maka kata hormat dan takut sudah mudah kita pahami. Kalau kita akan
menghadap pejabat atau orang terhormat, maka tidak bisa akan tercermin dari
sikap tubuh dan perilaku kita. Kita tidak mungkin datang terlambat menghadap
orang hebat. Kita akan tampil bersih dan sopan. Tutur kata kita akan tertata
dengan baik dan santun. Dan banyak sikap tubuh lainnya yang akan kita atur
sebagai wujud dari sikap hati yang hormat.
Jadi, kepada Tuhan Yesus yang adalah raja di atas segala
raja, kita harus menghadap-Nya dengan cara yang berkenan kepada-Nya, yaitu
dengan sikap hati yang hormat dan takut kepada-Nya. Dalam kaitan dengan ini,
saya melihat ada tiga prinsip yang berkaitan dengan sikap tubuh kita ketika
menghadap Tuhan Yesus Kristus.
1.
Prinsip
Kesederhanaan (I Timotius 2: 9)
Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia
berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan
berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang
mahal-mahal,
Setelah semangat iman yang begitu
tinggi melahirkan gereja (Kisah Para Rasul), maka setelah itu, para rasul masuk
ke tahap penataan. Timotius melaporkan
kepada Paulus keadaan jemaat di Efesus. Itulah sebabnya, Rasul Paulus mengirim surat
penggembalaan kepada Timotius yang berisi petunjuk praktis untuk menata
kehidupan kegerejaan di Efesus.
Salah satu petunjuk yang
diberikan oleh Paulus ialah mengenai cara beribadah di gereja. Rupanya, di
Efesus yang kaya, banyak jemaat yang beribadah sambil pamer kekayaan dan pamer
kecantikan. Mereka berpakaian mengikuti
mode, berdandan dengan penuh gaya, memakai perhiasan yang mahal-mahal, dan
memakai pakaian yang mahal-mahal juga.
Rasul Paulus menegur cara
beribadah yang keliru tersebut, yang sarat dengan kemewahan dan nafsu
keduniawian. Cara beribadah yang dianjurkan oleh Paulus ialah pantas, sopan,
dan sederhana. Semua kita tahu
penampilan yang pantas ke gereja, pakaian yang sopan ke gereja, dan penampilan
yang sederhana ke gereja. Tidak perlu seragam semua cara berpakaian ke gereja,
tetapi yang penting prinsipnya: pantas, sopan, dan sederhana.
2. Prinsip
Kesopanan (I Korintus 11: 5)
Tetapi
tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak
bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur
rambutnya.
Jemaat Korintus menghadapi satu
masalah dengan cara beribadah. Ada wanita yang datang ke gereja tanpa tudung
kepala. Pada masa itu, wanita yang tampil di depan umum tanpa tudung kepala
kemungkinanya adalah: satu, wanita bebas (bukan wanita baik-baik) dan dua,
wanita kuil yang berbakti untuk memuaskan seks kaum laki-laki. Oleh karena itu,
tentu kehadiran para wanita ini menimbulkan kehebohan di tengah-tengah gereja.
Itulah sebabnya, Rasul Paulus
memberikan petunjuk supaya setiap wanita memakai pakaian yang sopan yang tidak
menimbulkan gangguan hati pada orang lain. Nasihat ini disampaikan juga oleh
Rasul Paulus kepada jemaat Efesus melalui Timotius (I Tim. 2: 9). Ini berarti
bahwa penampilan beribadah sangat penting untuk diperhatikan.
3. Prinsip
Kekhususan (Mat. 21: 13)
..dan berkata
kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu
menjadikannya sarang penyamun."
Ibadah adalah pertemuan khusus antara orang percaya
dengan Tuhan dan dilakukan di rumah Tuhan yang kudus. Kudus artinya ialah
khusus atau dikhususkan atau dipisahkan untuk dipakai secara khusus.
Oleh karena itu, pakaian ke acara khusus (gereja)
semestinya memang sudah dikhususkan hanya dipakai untuk ke gereja dan bukan ke
tempat lain atau pakaian ke tempat lain yang dipakai untuk ke gereja.
Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa rumah-Nya adalah
rumah doa dan bukan sarang penyamun. Pernyataan ini dapat dipahami secara
sederhana bahwa gereja tidak sama dengan tempat lain dan kegiatan di dalam
gereja tidak sama juga dengan kegiatan di tempat lain. Oleh karena itu, untuk
menjaga kekudusan (kekhususan) gereja, maka lebih baik kita memakai pakaian
khusus ke gereja dan bukan pakaian umum.
Penutup
Masyarakat Asia adalah masyarakat
beragama dan sangat menghormati agama dan kegiatan-kegiatan agama. Dari seluruh
kegiatan agama, upacara keagamaan mendapat
porsi yang lebih banyak dan lebih penting. Oleh karena itu, kita dapat
memperhatikan bahwa agama-agama di Asia, seperti Islam dan Hindu Bali,
misalnya, adalah sekumpulan ritual atau upacara keagamaan.
Agama Kristen dipandang asing di
Asia dan juga di Indonesia ialah karna tampilan kekristenan yang masih bercorak
Barat dan belum bercorak Indonesia. untuk menjadi bercorak Indonesia, maka
salah satu yang harus diperhatikan ialah cara beribadah kita. kita harus
menunjukkan rasa hormat kita kepada Tuhan dengan menata ibadah yang berwibawa
yang ditaati oleh setiap umat Tuhan. Mari kita memulai dengan pakaian yang
sederhana, sopan, dan khusus untuk gereja. (esg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar