Teologi
Kujuma-Kurumah
(Edi Suranta
Ginting)
----------------------------------
Pendahuluan
Kujuma-kurumah adalah pekerjaan
umum masyarakat pedesaan, khususnya di Tanah Karo. Arti harafiahnya ialah ke
ladang dan ke rumah. Ini menggambarkan aktivitas rutin masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pagi hari ke ladang atau sawah dan sore
hari pulang ke rumah.
Teologi adalah pandangan atau keyakinan
orang percaya tentang suatu hal yang berdasarkan pada kebenaran Alkitab yang
dipahami.
Teologi kujuma kurumah adalah
pandangan atau keyakinan bahwa setiap pekerjaan, apapun jenisnya, adalah ibadah
kepada Tuhan Yesus, sehingga selayaknya dikerjakan dengan sepenuh hati dan
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku.
Kujuma-Kurumah
di Perjanjian Lama
Mulanya, kujuma-kurumah atau
pekerjaan adalah kutuk Allah terhadap manusia yang berbuat dosa. Sebelumnya,
mereka tidak bekerja, karena semua yang mereka butuhkan tersedia begitu saja.
Dalam perkembangan berikutnya,
pekerjaan mendapat makna yang lebih positif. Misalnya, kita bisa membaca
bagaimana pekerjaan dikaitkan dengan berkat Tuhan. “Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu
juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN (Kej. 26: 12)”
Di dalam
sejarah hidup Yusuf, pekerjaannya pun dikaitkan dengan berkat Tuhan dan ini
menggambarkan bahwa pekerjaan bukan lagi kutuk, melainkan menjadi sarana atau
alat di tangan Allah untuk mewujudkan rencana-Nya yang indah (Kej. 39: 2, 21).
Bahkan
Raja Salomo mengajarkan pentingnya pekerjaan yang dilakukan dengan rajin dan
mengecam orang-orang yang malas bekerja dengan mengatakan bahwa kemalasan akan
mendatangkan kemiskinan (Ams. 6: 8).
Kujuma-kurumah di Perjanjian
Baru
Tuhan
Yesus memiliki pekerjaan sebagai pembuat mebel dan tidak ada penjelasan dari
kitab suci bahwa Tuhan tidak menyukai pekerjaan itu. Tuhan Yesus juga menjumpai
Petrus yang sedang bekerja sebagai nelayan. Tuhan memang mengganti pekerjaan
Petrus dari penjala ikan menjadi penjala manusia, tetapi tidak ada indikasi bahwa
Tuhan menghinakan pekerjaan nelayan (Luk. 5: 1—11).
Rasul
Paulus adalah seorang pembuat tenda yang dengan pekerjaannya dapat membiayai
pelayanannya (Kisah 18: 3). Status Paulus sebagai pekerja menunjukkan bahwa
pekerjaan bukan lagi sesuatu yang hina, melainkan sesuatu yang berharga dan
menjadi sarana untuk memuliakan nama Tuhan Yesus.
Itulah
sebabnya, sama seperti Raja Salomo, Rasul Paulus pun menegur orang-orang
Kristen yang tidak bekerja. Teguran rasul bahkan sangat keras dengan mengatakan
bahwa orang yang tidak bekerja tidak layak untuk makan (II Tes. 3: 10). Rasul
Paulus menyamakan orang yang tidak mau bekerja dengan orang yang tidak tertib
atau tidak baik hidupnya.
Jadi,
kita dapat menyimpulkan bahwa menurut Alkitab pekerjaan itu adalah baik dan
tidak mau bekerja adalah sikap hidup yang tidak baik.
Ragam Kujuma-kurumah
Kujuma-kurumah
adalah simbol pekerjaan yang dapat beragam bentuk. Ada pekerjaan yang
mengandalkan tenaga, keterampilan, keahlian, pengetahuan, maupun modal. Alkitab
tidak membuat klas-klas pekerjaan. Lukas adalah seorang dokter, Paulus adalah
seorang pembuat tenda, Filemon adalah seorang pengusaha, Onesimus semula adalah
seorang budak, tetapi semuanya dipandang sama oleh Tuhan.
Oleh
karena itu, apapun pekerjaan kita, itu bukan masalah. Boleh saja kita bekerja
sebagai karyawan, supir angkot, berjualan di warung, yang penting ialah bahwa
kita melakukannya sebagai ibadah kita kepada Tuhan Yesus Kristus.
Tiga Tujuan Kujuma-Kurumah
Di dalam
Kol. 3: 23, Firman Tuhan mengajarkan bahwa pekerjaan adalah ibadah kepada Tuhan
Yesus Kristus. Oleh karena itu, pekerjaan harus dilakukan dengan segenap hati
untuk mendapatkan kualitas yang terbaik.
Sebagai
ibadah kepada Tuhan Yesus, ada tiga tujuan mulia yang terdapat di dalam
pekerjaan. Satu, untuk melakukan sesuatu yang baik dan terhindar dari melakukan
kegiatan yang sia-sia atau tidak berguna. Dua, untuk bisa memenuhi kebutuhan
hidup sendiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Ketiga, untuk bisa
berbuat baik dengan membantu orang yang berkekurangan (II Tes. 3: 1—15).
Teladan Bapa Rohani
Tiga bapa rohani akan mengajarkan
cara bekerja yang baik. Satu adalah Ishak (Kej. 26: 12). Pelajaran yang dapat
diambil dari Ishak ialah bahwa ia memadukan antara usaha dan anugrah Tuhan. Ia
menabur dengan sepenuh hati dan mendoakannya juga sepenuh hati, sehingga berkat
Allah tercurah dan ia menjadi sangat kaya.
Yusuf mengajarkan pentingnya
bekerja jujur, tekun, dan tidak bersungut-sungut (Kej. 39: 2, 21). Akan tetapi,
kunci keberhasilan Yusuf terletak pada kata ‘menyertai’. Tuhan Allah menyertai
Yusuf, sehingga apapun yang diperbuatnya berhasil. Bagaimana supaya Allah
menyertai kita, sehingga kita berhasil di dalam pekerjaan kita? Jawabnya ialah
dengan menyebut nama Tuhan Yesus dalam setiap pekerjaan kita (Kol. 3: 17).
Contohnya, kalau mau memulai menanam di ladang atau sawah, maka kita memulainya
dengan Ibadah Tabur Benih. Bila ada masalah dengan hama, maka kita meminta
pertolongan Tuhan Yesus dengan Ibadah Tolak Bala. Jadi, dalam segala pekerjaan
dan masalah, kita harus melibatkan Tuhan Yesus.
Daniel hebat dalam dua hal. Satu,
lebih pintar sepuluh kali daripada orang lain (Dan. 1: 20). Dua, Daniel tidak
dimutasi walau beberapa raja telah berganti. Ini menunjukkan bahwa Daniel
mumpuni di pekerjaannya. Akan tetapi, rahasianya terletak pada sikapnya yang
sangat menghormati Tuhan dan menomorsatukan Tuhan dalam segala sesuatu (Dan. 1:
8). Daniel berketetapan hati untuk
tidak melanggar perintah Tuhan. Oleh karena itu, kalau mau diberkati dalam
usaha, maka walau harus menyemprot jeruk atau harus panen, tetapi tidak boleh
melanggar hukum Sabat. Ke gereja adalah yang utama, tidak boleh dilanggar.
Penutup
Saudara, Firman Allah sudah
mengajarkan bahwa pekerjaan adalah alat untuk memuliakan nama Tuhan Yesus. Bila
kita bekerja baik dan orang lain diberkati, maka kita sudah beribadah dan
memuliakan Tuhan. Bila kita bekerja dan mendapat banyak berkat yang bisa dibagi
ke gereja dan orang lain, maka itu pun sudah membuat kita beribadah.
Oleh karena itu, apapun pekerjaan
kita, marilah kita senantiasa melibatkan Tuhan, sehingga kita sukses dalam
pekerjaan kita.