Mejuah-juah.  Selamat datang di blog sederhana kami: "Gereja Injili Karo Indonesia.   Gereja Injili Karo Indonesia(GIKI) adalah gereja yang mengintegrasikan INJIL dan budaya KARO, dengan membina sentralitas, sakralitas, dan ritualitas iman.   2K(KK): Kristus dan Karo! Kami mencintai Kristus dan Karo; Kami menyembah Kristus dengan budaya Karo.   Syalom ras Mejuah-juah man banta kerina... Adi Tuhan Yesus sijadiken palas bas tengah-tengah geluhta, maka megegeh kita mbentasi kegeluhen enda aminna pe lit kalisunggung i lebe-lebenta .... adi megermet kita kerna budayanta, maka meriah katawari pe ukurta sebab enterem temanta si banci nampati kita...Syaloom mejuah-juah. Tuhan Yesus memberkati.

5 Mar 2013

Siapa Menjaga Harkat Keluarga


Siapa Yang Menjaga Harkat Martabat Keluarga

(Edi Suranta Ginting)

----------------------------------------------------------------

Pendahuluan

Seorang pengusaha besar memiliki dua anak, yang tua anak laki-laki dan yang bungsu anak perempuan. Kedua anaknya memiliki sifat yang sangat berbeda. Anak yang tua lebih senang bermain-main dengan berbagai hobinya bersama dengan temannya, sehingga sekolahnya pun tidak selesai. Anak perempuan bertipe serius dan penuh tanggung jawab.

Ketika tiba waktunya untuk alih generasi perusahaan keluarga, maka si pengusaha menyerahkan semua perusahannya untuk dikelola oleh anak perempuannya, sedangkan anak laki-lakinya hanya menjadi pemilik saham yang menerima uang secara rutin dari perusahaan. Ketika ia memutuskan hal itu, anak laki-lakinya sangat marah dan mengancam ayahnya dan adiknya juga. Akan tetapi, si pengusaha teguh dengan pilihannya, demi kelangsungan usahanya dan juga demi kedua anaknya.

Ternyata, keputusan sang pengusaha tepat. Perusahaan yang didirikan dan dibesarkannya dengan susah payah berkembang baik di tangan dingin anak putrinya. Anak laki-lakinya tetap saja tidak berubah dengan gaya hidupnya yang bersenang-senang dan tidak memiliki semangat untuk berprestasi.

Saya teringat dengan film Gladiator. Sang kaisar sudah merasa tiba waktunya untuk memilih penggantinya. Putranya membujuknya untuk menyerahkan tahta itu kepada dirinya. Akan tetapi, sang kaisar mengatakan, “Anakku, buah hatiku. Bila melihat engkau, maka aku melihat kegagalanku karena tidak bisa membuat engkau menjadi orang yang layak untuk menjadi kaisar. Engkau menghabiskan waktumu hanya untuk bermain-main dan tidak ada satu prestasi pun yang dapat kulihat pada dirimu. Oleh karena itu, demi Roma dan demi kehormatan keluarga kita, maka aku akan mengangkat Jenderal Maximus sebagai kaisar yang baru.”  Pernyataan sang ayah membuat putranya marah dan dengan sadis mencekik ayahnya dan mengangkat dirinya sendiri menjadi kaisar pengganti ayahnya.

Akan tetapi, perkataan kaisar sangat benar tentang anaknya. Anaknya yang telah mengangkat dirinya menjadi kaisar Roma tidak memiliki kontribusi untuk membesarkan Roma. Cerita diakhiri dengan kematian tragis sang kaisar muda di tangan Gladiator Maximus.

Isai mendapat kehormatan dari Allah. Salah seorang anaknya akan menjadi raja Israel. Sesuai dengan tradisi, maka Isai menyerahkan anak tertuanya untuk diangkat menjadi raja. Akan tetapi, Allah mengatakan, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (I Raja 16: 7)

Akhirnya, anak bungsu Isai, Daud, yang sehari-harinya bekerja sebagai gembala ternak keluarga terpilih menjadi Raja Israel menggantikan Raja Saul.

Dari tiga contoh di atas, kita dapat melihat bahwa anak laki-laki, anak kandung sendiri, dan anak tertua belum tentu bisa diharapkan untuk menjaga atau mengangkat harkat dan martabat keluarga.

 

Peranan Anak Perempuan

Presiden Soekarno memiliki banyak anak, baik pria maupun wanita. Anak tertuanya adalah Guntur Soekarnoputra. Akan tetapi, Guntur tidak berniat untuk meneruskan perjuangan ayahnya berjuang di dunia politik. Anak laki-laki yang lain, Guruh Soekarnoputra lebih memilih seni sebagai dunia yang digelutinya. Walau pada akhirnya Guruh terlibat dalam politik, tetapi peranannya tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan Bung Karno.

Tiga anak wanita Soekarno lebih terpanggil untuk meneruskan perjuangan ayah mereka. Rahmawati dan Sukmawati telah lama menggeluti dunia politik dengan gaya dan semangat seperti ayah mereka. Bahkan tidak jarang pengamat politik melihat bahwa Rahmawati adalah titisan dari Bung Karno.

Akan tetapi, keadaan memunculkan Megawati. Tekanan dari penguasa pada awal kehadirannya malahan membuatnya menjadi lebih bersinar. Ia membenarkan ungkapan yang mengatakan bahwa wanita ibarat teh celup, bila diseduh dengan air panas, maka keluarlah sarinya.

Puncak karier politik Megawati ialah ketika ia terpilih menjadi wakil presiden RI dan menjadi presiden RI menggantikan Gur Dur. Hingga sekarang ini, sebagai ketua umum PDIP, Megawati dapat menjaga kebesaran nama ayahnya dan mempertahankan pemikiran-pemikiran besar sang Proklamator.

Gus Dur adalah nama besar bagi bangsa Indonesia. Ia bukan hanya dikenang sebagai mantan ketua PBNU, pendiri PKB, mantan presiden RI, melainkan juga sebagai tokoh pluralisme yang dengan gigih membela hak-hak kaum minoritas di Indonesia.

Kebesaran nama Gur Dur dan pemikiran-pemikirannya yang sangat hebat terjaga oleh putrinya yang bernama Yeni Wahid. Yeni Wahid menjadi pemimpin partai yang didirikan oleh ayahnya (walau kemudian berganti nama) dan pemimpin lembaga yang didirikan oleh Gur Dur, yaitu Wahid Institute.

Dengan perjuangan Yeni Wahid, maka nama Gur Dur dan pemikirannya akan tetap menghiasi perjalanan bangsa ini.

Letjen Djamin Ginting adalah tokoh Karo masa lalu, paling tidak bagi saya yang tidak mengenalnya secara langsung. Nama itu menjadi akrab karena telah dijadikan nama jalan di sepanjang jalan utama Medan ke Tanah Karo. Beberapa waktu yang lalu, nama Djamin Ginting muncul kembali ketika salah seorang putrinya mencalonkan diri untuk menjadi kepala daerah Kabupaten Karo. Seandainya, sang putri terpilih maka Ibu Riemenda Ginting telah mengangkat kembali kebesaran nama ayahnya dan keluarga besar ayahnya.

Masih banyak contoh yang bisa diceritakan tentang peranan anak perempuan yang telah menjaga dan mengangkat harkat dan martabat keluarga besar dengan berbagai prestasi hebat yang mereka tunjukkan.

Ajaran Firman Tuhan

Menurut pemahaman saya, Alkitab tidak memutlakkan tanggung jawab untuk menjaga dan mengangkat harkat martabat keluarga hanya pada anak laki-laki dan atau anak tertua. Contoh yang sangat sederhana ialah Habel yang dipuji oleh Tuhan karena persembahannya adalah anak nomor dua. Yakub yang menjadi penerus Abraham dan Ishak adalah anak bungsu, adik dari Esau.

Tampilnya Rut yang menyelamatkan harkat dan martabat keluarga Elimelekh adalah juga satu kenyataan bahwa Allah tidak memutlakkan kepahlawanan anak laki-laki untuk menjaga harkat dan martabat keluarga.

Ester yang lebih tinggi kedudukannya daripada sepupunya Mordekhai telah dipakai Allah untuk menyelamatkan seluruh orang Israel yang ada di Kerajaan Persia. Kepahlawanan Ester ini pun menjadi satu kenyataan bahwa seorang perempuan pun bisa dipakai Allah untuk menyelamatkan satu bangsa yang terancam untuk dipunahkan.

Bayangkanlah bila seandainya perempuan tidak diizinkan dan tidak diberi kesempatan (seperti keyakinan beberapa bangsa) untuk berbuat sesuatu bagi keluarga dan bangsanya, maka akan banyak keluarga yang hancur dan bahkan bangsa pun bisa lenyap.

Budaya Karo

Ada satu cerita rakyat Karo, Terjadinya Pohon Enau, yang menceritakan kepahlawanan seorang perempuan untuk menjaga harkat dan martabat keluarga. Seorang wanita memiliki seorang saudara laki-laki yang ditawan di satu kampung karena memiliki banyak hutang berjudi.

Si wanita ini bersumpah dan meminta kepada yang kuasa untuk membuat dirinya berharga agar dapat menebus kakaknya yang berhutang kepada orang desa yang menawannya. Yang berkuasa mendengarkan permohonannya, sehingga ia berubah menjadi pohon enau yang semua bagiannya berharga, termasuk air matanya.

Sebagai orang Karo yang dibesarkan di lingkungan Karo, saya melihat bahwa orang-orang Karo pada umumnya memberi kesempatan kepada setiap anak, termasuk anak perempuan untuk mengembangkan talenta dan  kemampuannya, baik melalui pendidikan maupun kegiatan-kegiatan lainnya.

Itulah sebabnya, cukup banyak wanita Karo yang berprestasi dan berperan untuk menjaga dan bahkan mengangkatkan harkat dan martabat keluarga.

Kesimpulan

Siapakah yang menjaga atau mengangkat harkat dan martabat keluarga? Jawabnya ialah setiap anak, anak tertua atau anak bungsu, anak laki-laki atau anak perempuan memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga dan mengangkat harkat dan martabat keluarganya. Setiap anak diberi peluang yang sama dan dukungan yang sama untuk berprestasi yang melalui prestasinya harkat dan martabat keluarga akan dijaga ataupun diangkat.

Bila ada salah seorang anak yang berpotensi untuk meneruskan perjuangan orangtua dan mengangkat harkat dan martabat keluarga, meskipun anak tersebut adalah perempuan, maka segenap anggota keluarga semestinya memberikan dukungan penuh.

Adalah kurang bijaksana bila satu keluarga atau masyarakat memaksakan salah satu anak karena jenis kelamin atau karena posisi sebagai yang tertua untuk menjadi penopang atau menjadi pemimpin yang mengangkat harkat dan martabat keluarga padahal tidak memiliki kapasitas yang memadai, baik secara moral maupun secara sosial.

Adalah sesuatu yang menyedihkan bila masih ada keluarga yang diskriminatif terhadap anak perempuan atau anak bungsu dan tidak memberikan kesempatan kepada anak perempuan atau anak bungsu untuk menjaga atau mengangkat harkat dan martabat keluarganya (esg)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar