Siapa Yang Menjaga Harkat Martabat Keluarga
(Edi Suranta Ginting)
----------------------------------------------------------------
Pendahuluan
Seorang pengusaha besar memiliki dua anak, yang tua anak
laki-laki dan yang bungsu anak perempuan. Kedua anaknya memiliki sifat yang
sangat berbeda. Anak yang tua lebih senang bermain-main dengan berbagai hobinya
bersama dengan temannya, sehingga sekolahnya pun tidak selesai. Anak perempuan
bertipe serius dan penuh tanggung jawab.
Ketika tiba waktunya untuk alih generasi perusahaan keluarga,
maka si pengusaha menyerahkan semua perusahannya untuk dikelola oleh anak
perempuannya, sedangkan anak laki-lakinya hanya menjadi pemilik saham yang
menerima uang secara rutin dari perusahaan. Ketika ia memutuskan hal itu, anak
laki-lakinya sangat marah dan mengancam ayahnya dan adiknya juga. Akan tetapi,
si pengusaha teguh dengan pilihannya, demi kelangsungan usahanya dan juga demi
kedua anaknya.
Ternyata, keputusan sang pengusaha tepat. Perusahaan yang
didirikan dan dibesarkannya dengan susah payah berkembang baik di tangan dingin
anak putrinya. Anak laki-lakinya tetap saja tidak berubah dengan gaya hidupnya
yang bersenang-senang dan tidak memiliki semangat untuk berprestasi.
Saya teringat dengan film Gladiator. Sang kaisar sudah merasa
tiba waktunya untuk memilih penggantinya. Putranya membujuknya untuk
menyerahkan tahta itu kepada dirinya. Akan tetapi, sang kaisar mengatakan,
“Anakku, buah hatiku. Bila melihat engkau, maka aku melihat kegagalanku karena
tidak bisa membuat engkau menjadi orang yang layak untuk menjadi kaisar. Engkau
menghabiskan waktumu hanya untuk bermain-main dan tidak ada satu prestasi pun
yang dapat kulihat pada dirimu. Oleh karena itu, demi Roma dan demi kehormatan
keluarga kita, maka aku akan mengangkat Jenderal Maximus sebagai kaisar yang
baru.” Pernyataan sang ayah membuat
putranya marah dan dengan sadis mencekik ayahnya dan mengangkat dirinya sendiri
menjadi kaisar pengganti ayahnya.
Akan tetapi, perkataan kaisar sangat benar tentang anaknya.
Anaknya yang telah mengangkat dirinya menjadi kaisar Roma tidak memiliki
kontribusi untuk membesarkan Roma. Cerita diakhiri dengan kematian tragis sang
kaisar muda di tangan Gladiator Maximus.
Isai mendapat kehormatan dari Allah. Salah seorang anaknya akan menjadi
raja Israel. Sesuai dengan tradisi, maka Isai menyerahkan anak tertuanya untuk
diangkat menjadi raja. Akan tetapi, Allah mengatakan, “Bukan yang dilihat manusia
yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN
melihat hati." (I Raja 16: 7)
Akhirnya, anak bungsu Isai, Daud, yang
sehari-harinya bekerja sebagai gembala ternak keluarga terpilih menjadi Raja
Israel menggantikan Raja Saul.
Dari tiga contoh di atas, kita dapat melihat
bahwa anak laki-laki, anak kandung sendiri, dan anak tertua belum tentu bisa
diharapkan untuk menjaga atau mengangkat harkat dan martabat keluarga.
Peranan Anak Perempuan
Presiden Soekarno memiliki banyak anak, baik pria maupun
wanita. Anak tertuanya adalah Guntur Soekarnoputra. Akan tetapi, Guntur tidak
berniat untuk meneruskan perjuangan ayahnya berjuang di dunia politik. Anak
laki-laki yang lain, Guruh Soekarnoputra lebih memilih seni sebagai dunia yang
digelutinya. Walau pada akhirnya Guruh terlibat dalam politik, tetapi peranannya
tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan Bung Karno.
Tiga anak wanita Soekarno lebih terpanggil untuk meneruskan
perjuangan ayah mereka. Rahmawati dan Sukmawati telah lama menggeluti dunia
politik dengan gaya dan semangat seperti ayah mereka. Bahkan tidak jarang
pengamat politik melihat bahwa Rahmawati adalah titisan dari Bung Karno.
Akan tetapi, keadaan memunculkan Megawati. Tekanan dari
penguasa pada awal kehadirannya malahan membuatnya menjadi lebih bersinar. Ia
membenarkan ungkapan yang mengatakan bahwa wanita ibarat teh celup, bila
diseduh dengan air panas, maka keluarlah sarinya.
Puncak karier politik Megawati ialah ketika ia terpilih
menjadi wakil presiden RI dan menjadi presiden RI menggantikan Gur Dur. Hingga
sekarang ini, sebagai ketua umum PDIP, Megawati dapat menjaga kebesaran nama
ayahnya dan mempertahankan pemikiran-pemikiran besar sang Proklamator.
Gus Dur adalah nama besar bagi bangsa Indonesia. Ia bukan
hanya dikenang sebagai mantan ketua PBNU, pendiri PKB, mantan presiden RI,
melainkan juga sebagai tokoh pluralisme yang dengan gigih membela hak-hak kaum
minoritas di Indonesia.
Kebesaran nama Gur Dur dan pemikiran-pemikirannya yang sangat
hebat terjaga oleh putrinya yang bernama Yeni Wahid. Yeni Wahid menjadi
pemimpin partai yang didirikan oleh ayahnya (walau kemudian berganti nama) dan
pemimpin lembaga yang didirikan oleh Gur Dur, yaitu Wahid Institute.
Dengan perjuangan Yeni Wahid, maka nama Gur Dur dan
pemikirannya akan tetap menghiasi perjalanan bangsa ini.
Letjen Djamin Ginting adalah tokoh Karo masa lalu, paling
tidak bagi saya yang tidak mengenalnya secara langsung. Nama itu menjadi akrab
karena telah dijadikan nama jalan di sepanjang jalan utama Medan ke Tanah Karo.
Beberapa waktu yang lalu, nama Djamin Ginting muncul kembali ketika salah
seorang putrinya mencalonkan diri untuk menjadi kepala daerah Kabupaten Karo.
Seandainya, sang putri terpilih maka Ibu Riemenda Ginting telah mengangkat
kembali kebesaran nama ayahnya dan keluarga besar ayahnya.
Masih banyak contoh yang bisa diceritakan tentang peranan anak
perempuan yang telah menjaga dan mengangkat harkat dan martabat keluarga besar
dengan berbagai prestasi hebat yang mereka tunjukkan.
Ajaran Firman Tuhan
Menurut pemahaman saya, Alkitab tidak memutlakkan tanggung
jawab untuk menjaga dan mengangkat harkat martabat keluarga hanya pada anak
laki-laki dan atau anak tertua. Contoh yang sangat sederhana ialah Habel yang
dipuji oleh Tuhan karena persembahannya adalah anak nomor dua. Yakub yang
menjadi penerus Abraham dan Ishak adalah anak bungsu, adik dari Esau.
Tampilnya Rut yang menyelamatkan harkat dan martabat keluarga
Elimelekh adalah juga satu kenyataan bahwa Allah tidak memutlakkan kepahlawanan
anak laki-laki untuk menjaga harkat dan martabat keluarga.
Ester yang lebih tinggi kedudukannya daripada sepupunya
Mordekhai telah dipakai Allah untuk menyelamatkan seluruh orang Israel yang ada
di Kerajaan Persia. Kepahlawanan Ester ini pun menjadi satu kenyataan bahwa
seorang perempuan pun bisa dipakai Allah untuk menyelamatkan satu bangsa yang
terancam untuk dipunahkan.
Bayangkanlah bila seandainya perempuan tidak diizinkan dan
tidak diberi kesempatan (seperti keyakinan beberapa bangsa) untuk berbuat
sesuatu bagi keluarga dan bangsanya, maka akan banyak keluarga yang hancur dan
bahkan bangsa pun bisa lenyap.
Budaya Karo
Ada satu cerita rakyat Karo, Terjadinya Pohon Enau, yang
menceritakan kepahlawanan seorang perempuan untuk menjaga harkat dan martabat
keluarga. Seorang wanita memiliki seorang saudara laki-laki yang ditawan di
satu kampung karena memiliki banyak hutang berjudi.
Si wanita ini bersumpah dan meminta kepada yang kuasa untuk
membuat dirinya berharga agar dapat menebus kakaknya yang berhutang kepada
orang desa yang menawannya. Yang berkuasa mendengarkan permohonannya, sehingga
ia berubah menjadi pohon enau yang semua bagiannya berharga, termasuk air
matanya.
Sebagai orang Karo yang dibesarkan di lingkungan Karo, saya
melihat bahwa orang-orang Karo pada umumnya memberi kesempatan kepada setiap
anak, termasuk anak perempuan untuk mengembangkan talenta dan kemampuannya, baik melalui pendidikan maupun
kegiatan-kegiatan lainnya.
Itulah sebabnya, cukup banyak wanita Karo yang berprestasi
dan berperan untuk menjaga dan bahkan mengangkatkan harkat dan martabat
keluarga.
Kesimpulan
Siapakah yang menjaga atau mengangkat harkat dan martabat
keluarga? Jawabnya ialah setiap anak, anak tertua atau anak bungsu, anak
laki-laki atau anak perempuan memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga dan
mengangkat harkat dan martabat keluarganya. Setiap anak diberi peluang yang sama
dan dukungan yang sama untuk berprestasi yang melalui prestasinya harkat dan
martabat keluarga akan dijaga ataupun diangkat.
Bila ada salah seorang anak yang berpotensi untuk meneruskan
perjuangan orangtua dan mengangkat harkat dan martabat keluarga, meskipun anak
tersebut adalah perempuan, maka segenap anggota keluarga semestinya memberikan
dukungan penuh.
Adalah kurang bijaksana bila satu keluarga atau masyarakat
memaksakan salah satu anak karena jenis kelamin atau karena posisi sebagai yang
tertua untuk menjadi penopang atau menjadi pemimpin yang mengangkat harkat dan
martabat keluarga padahal tidak memiliki kapasitas yang memadai, baik secara
moral maupun secara sosial.
Adalah sesuatu yang menyedihkan bila masih ada keluarga yang
diskriminatif terhadap anak perempuan atau anak bungsu dan tidak memberikan
kesempatan kepada anak perempuan atau anak bungsu untuk menjaga atau mengangkat
harkat dan martabat keluarganya (esg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar