Mejuah-juah.  Selamat datang di blog sederhana kami: "Gereja Injili Karo Indonesia.   Gereja Injili Karo Indonesia(GIKI) adalah gereja yang mengintegrasikan INJIL dan budaya KARO, dengan membina sentralitas, sakralitas, dan ritualitas iman.   2K(KK): Kristus dan Karo! Kami mencintai Kristus dan Karo; Kami menyembah Kristus dengan budaya Karo.   Syalom ras Mejuah-juah man banta kerina... Adi Tuhan Yesus sijadiken palas bas tengah-tengah geluhta, maka megegeh kita mbentasi kegeluhen enda aminna pe lit kalisunggung i lebe-lebenta .... adi megermet kita kerna budayanta, maka meriah katawari pe ukurta sebab enterem temanta si banci nampati kita...Syaloom mejuah-juah. Tuhan Yesus memberkati.

5 Mar 2013

Bulan Natal Bulan Berbagi


Bulan Natal Bulan Berbagi

(Edi Suranta Ginting)

----------------------------------------------

Pendahuluan

Sudah cukup lama dikeluhkan bahwa Natal atau bulan Natal telah menjadi ajang berpesta dan menghambur-hamburkan uang. Hal ini tidak bisa disangkal karena mata kita bisa melihat secara langsung bahwa pada bulan Natal tingkat komsumsi masyarakat menjadi lebih tinggi  dan produksi barang-barang yang dipajang di toko-toko lebih berlimpah dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya.

Itulah sebabnya, gereja perlu mengevaluasi kembali makna Natal. Untuk mengevaluasinya, tentu saja kita harus kembali kepada pemeran utama Natal itu, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Kita bisa melihat bahwa memang kelahiran Tuhan Yesus yang sangat dinanti-nantikan itu disambut dan dirayakan oleh para gembala dan orang-orang Majus. Ada suasana selebrasi dan sukacita ketika itu.

Para gembala bernyanyi gembira dan bahagia karena mendapat kehormatan untuk melihat Juruselamat yang telah lahir ke dunia. Mereka bergembira dan bernyanyi-nyanyi. Mereka melupakan segala kesedihan dan nasib mereka. Bayi yang lahir begitu berkuasa untuk mengubahkan kedukaan mereka dengan kesukaan.

Para Majus merayakan kelahiran Tuhan Yesus dengan cara yang tidak jauh berbeda. Mereka bergembira seraya memberikan hadiah-hadiah yang mahal dan berharga kepada bayi  Kristus.  Mereka sangat senang karena perjuangan mereka menempuh ratusan kilometer telah berhasil, sehingga segala keletihan mereka berubah menjadi kegembiraan dan kebahagiaan.

Dengan dua contoh itu, kita memang bisa menjadikan Natal atau bulan Natal menjadi bulan kesenangan dan kesukaan. Kesenangan dan kesukaan kita bisa kita wujudkan dengan mengadakan pesta dan membeli barang-barang yang baik untuk kita hadiahkan bagi diri kita sendiri. Apakah itu seperti itu yang diinginkan oleh Tuhan Yesus dan diajarkan oleh Alkitab?

Barangkali, jawabnya bukan salah atau benar, melainkan kurang tepat. Bila gereja adalah wakil Kristus, maka gereja harus menempatkan diri seperti Kristus menempatkan diri-Nya. Kristus menjadikan dirinya sebagai alat untuk membahagiakan atau menggembirakan para gembala dan para Majus. Oleh karena itu, gereja pun harus menempatkan dirinya untuk menggembirakan orang lain yang kurang beruntung dalam hidupnya. Kalau Yesus Kristus tidak menyenangkan diri-Nya sendiri, maka gereja pun tidak dibolehkan berpesta dan bergembira untuk dirinya sendiri.  Inilah posisi yang tepat untuk gereja.

Bila posisi Bayi Yesus yang menjadi acuan bagi gereja, maka gereja terpanggil untuk menjadikan Natal atau bulan Natal sebagai kesempatan untuk berbagi kebaikan dan kebahagiaan, sehingga orang yang tidak bahagia menjadi bahagia. Di dalam gereja dan di luar gereja, masih terdapat banyak orang yang kurang bahagia. Mereka sama seperti para gembala yang meratapi nasib buruknya dan para Majus yang keletihan karena perjuangan kehidupan. Tugas gerejalah untuk mengubah kedukaan mereka menjadi kesukaan.

Oleh karena itu, gereja-gereja perlu menjadikan bulan Natal sebagai bulan untuk mendorong jemaat membagi berkat mereka bagi saudara-saudara yang kurang beruntung, sehingga Natal menjadi kegembiraan bersama; yang memberi gembira dan yang menerima pun gembira pula. Sikap egosentris yang hanya memikirkan diri sendiri harus diganti menjadi sikap saudarasentris yang memikirkan kegembiraan orang lain.

Belajar dari Alkitab

Ada dua bagian Firman Tuhan yang berbicara tentang kelahiran Tuhan Yesus dan nilai-nilai rohani yang perlu terus diterapkan oleh gereja. Di samping itu, kita juga perlu belajar dari prinsip dasar pengajaran Tuhan Yesus tentang misi gereja di dunia ini.

Satu, Lukas 2: 1—20 yang berbicara tentang kelahiran Tuhan Yesus dan dampaknya bagi orang-orang yang ada di sekitar kelahiran itu. Kalau kita memperhatikan peristiwa kelahiran Tuhan Yesus Kristus yang dicatat secara mendetail oleh Lukas dalam Lukas 2: 1—20, maka kita akan bisa melihat bahwa salah satu misi penting kelahiran Tuhan Yesus ialah membagikan kebahagiaan kepada umat manusia.

Kisah ini dimulai dengan perintah Kaisar Agustus yang menyebabkan penderitaan bagi Yusuf dan tunangannya Maria. Keduanya harus pulang jalan kaki dari Nazareth menuju ke Betlehem. Perjalanan yang sangat meletihkan, terlebih bagi Maria yang sedang mengandung. Puncak derita mereka ialah ketika mereka harus menginap di kandang domba dan di tempat itulah akhirnya Maria melahirkan.

Kelompok kedua yang menderita ialah para gembala di padang rumput. Mereka menderita karena status mereka yang sangat rendah dalam kehidupan masyarakat. Ketika orang-orang melihat keramaian di kota, mereka harus tetap berada di padang.

Akan tetapi, malaikat menyampaikan kabar gembira kepada para gembala. Mereka diundang untuk melihat bayi Raja di atas segala Raja, Yesus Kristus Tuhan.  Ketika mereka melihat bayi itu, maka mereka menjadi bahagia. Maria dan Yusuf pun bahagia ketika melihat bayi Yesus Kristus.

Sekarang, tugas gereja adalah menjadi malaikat pembawa atau pembagi berita bahagia kepada banyak orang yang membutuhkannya pada bulan Desember.  Banyak orang yang kesepiaan seperti para gembala dan keletihan seperti Yusuf dan Maria. Perhatian gereja akan mengubah kesepiaan dan keletihan mereka menjadi kebagiaan. 

Dua, Matius 2: 1—12 yang berbicara tentang Bayi Natal yang dikunjungi oleh para Majus dari Persia. Kisah ini dimulai ketika para Majus melihat adanya bintang istimewa di langit yang menunjukkan telah lahir seorang raja yang sangat istimewa. Itulah sebabnya, mereka segera berkemas untuk menghadap raja yang lahir di Yerusalem tersebut. Mereka membawa berbagai persembahan berharga sebagai tanda hormat mereka kepada raja yang baru lahir tersebut.

Usaha untuk menjumpai raja yang baru lahir itu bukan perkara mudah, karena jarak antara Persia dan Yerusalem cukup jauh dan harus menempuh padang gurun yang sangat berbahaya. Mereka membutuhkan waktu 2 tahun untuk mencapai Yerusalem. Perjalanan panjang dan waktu 2 tahun sudah menjadi bukti betapa letih dan beratnya perjuangan yang harus mereka tempuh.

Akan tetapi, ketika bisa berjumpa dengan bayi Natal segala keletihan mereka sirna, segala susah payah dan penderitaan mereka berubah menjadi sukacita. Mereka segera mengeluarkan semua harta benda mereka dan mereka persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus.

Peristiwa ini adalah satu pelajaran penting tentang arti kehadiran Tuhan Yesus di tengah-tengah dunia ini, yaitu untuk memberikan sukacita kepada orang-orang yang membutuhkannya. Oleh karena gereja adalah wakil Tuhan Yesus di dunia ini, maka gereja harus juga mampu untuk menghadirkan sukacita itu pada bulan Natal kepada orang—orang yang letih lesu karena perjuangan hidup atau bahkan karena kerasnya kehidupan ini.

Tiga, ajaran Tuhan Yesus yang sangat terkenal tentang peranan orang percaya sebagai garam dan terang yang tertulis dalam Matius 5: 13—16. Fungsi garam dan terang sudah jelas, yaitu berdampak bagi lingkungannya. Garam membawa dampak awet bagi lingkungan yang cenderung membusuk dan juga membawa dampak rasa bagi lingkungan yang cenderung tawar.  Terang  membawa dampak bagi lingkungan yang gelap dan  juga membawa dampak hangat bagi lingkungan yang cenderung dingin.

Jadi, dengan tiga bagian Firman Tuhan yang sudah kita bahas di atas, jelaslah bahwa gereja memiliki tugas yang mahapenting dari Tuhan Yesus Kristus untuk membawa perubahan bagi lingkungannya. Khususnya dalam bulan Natal, yaitu bulan yang dikaitkan dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus, maka gereja perlu berdampak baik bagi lingkungan, yaitu mengubahkan kedukaan dan kesepiaan menjadi kesukaan dan kegembiraan.

 

Belajar dari Sejarah

Natal modern tidak bisa dilepaskan dari seorang tokoh yang sangat dinanti-nantikan oleh anak-anak khususnya, yaitu Sinterklas. Walaupun nama ini telah dijadikan ikon untuk industri pernak-pernik Natal, tetapi tokoh ini sendiri telah menjadikan Natal sesuai dengan harapan Tuhan Yesus.

Sinterklas memiliki nama asli St. Nicholas. Ia lahir pada abad ketiga di Desa Patara, selatan Turki. Ia berasal dari keluarga berada, tetapi hatinya selalu tersentuh untuk berbagi pada orang miskin. Ketika masih muda, ia sudah menetapkan diri untuk menjadi pelayan Tuhan di Kota Myra.

Salah satu pelayannya yang menjadi sangat terkenal ialah bantuannya terhadap satu keluarga miskin yang berada dalam keadaan sulit. Ada seorang ayah yang memiliki tiga putri yang hidup dalam kemiskinan. Karena miskinnya, sang ayah tidak sanggup menyediakan mas kawin yang memadai bagi ketiga putrinya. Tanpa mas kawin, ketika putrinya tidak akan menikah atau menikah dengan pria yang kurang baik.

Dalam krisis itu, sang ayah hanya bisa berdoa kepada Tuhan. tiba-tiba, pada malam harinya, mereka dikejutkan dengan jatuhnya sekantung emas ke dalam rumah mereka. Malam berikutnya, sekantung emas jatuh lagi ke dalam rumah mereka. Dan pada hari yang ketiga, hal yang sama terjadi.

Sang ayah tentu saja sangat gembira. Ia tahu bahwa yang melakukan itu ialah Nikolas. Itulah sebabnya, ia keluar rumah dan memberitahukan kepada setiap orang perbuatan Nikolas tersebut. sejak itu, masyarakat desa itu tahu bahwa mereka memiliki seorang hamba Tuhan yang mewakili Yesus Kristus dalam kehiduan sehari-hari.

Demikian pula pada setiap bulan Natal, anak-anak miskin selalu menyampaikan keinginan mereka untuk mendapatkan sesuatu. Pada malam Natal, bingkisan itu dilemparkan ke rumah mereka atau dijatuhkan dari atap ke dalam rumah.  Itulah sebabnya, bulan Natal menjadi bulan kebahagiaan bagi anak-anak karena Nicolas yang menghadirkan kehangatan dan berkat Natal bagi anak –anak dan keluarga-keluarga miskin.

Sekarang, Nicolas digantikan oleh toko-toko serba ada. Bila Nicolas membagi-bagi hadiah, maka sekarang toko-toko membagi diskon. Orang-orang miskin hanya bisa melihat dan tidak bisa memiliki dan keluarga-keluarga miskin hanya bisa menatap banyak orang Kristen kaya yang berpesta pora, sedangkan mereka tidak mendapat apa-apa. Orang-orang Kristen membeli seragam baru, sedangkan orang-orang Kristen miskin sama sekali tidak memiliki baju.

Keadaan ini harus dihentikan. Gereja harus belajar dari Sinterklas. Buatlah bulan Natal menjadi bulan berbagi kebahagiaan bagi orang yang tidak mendapatkannya.

 

Belajar dari Keadaan

Hari ini, kita berada pada masyarakat modern yang konsumtif, hedonis, dan egois. Konsumtif artinya suka belanja untuk dirinya sendiri, hedonis artinya suka mencari kenikmatan daging, dan egois artinya hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak orang lain. Ini adalah roh dunia.

Gereja memiliki Roh Tuhan Yesus yang lebih suka melihat orang lain berbahagia. Tuhan Yesus lebih suka menderita asalkan orang lain berbahagia. Oleh karena itu, gereja harus melawan roh-roh dunia. Bila gereja tetap egois, maka gereja akan dipandang sama dengan dunia, tetapi bila gereja mengasihi dunia, maka orang dunia akan percaya bahwa gereja adalah wakil Tuhan Yesus dan percaya juga bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat dunia.

Orang-orang yang kurang beruntung menyampaikan doa mereka kepada Tuhan Yesus agar Tuhan Yesus menolong mereka, seperti Tuhan Yesus menolong para gembala dan para Majus. Oleh karena itu, Tuhan Yesus memerintahkan gereja-Nya untuk menjadi alat-Nya membagikan sukacita bagi mereka yang menderita, memberikan kesenangan bagi mereka yang hidup dalam penderitaan.

Orang-orang dunia tidak punya hati untuk memperhatikan orang lain dan tidak bersedia membagi milik mereka bagi orang lain. Oleh karena itu, gereja harus hadir mewakili Yesus Kristus untuk menolong mereka yang kurang beruntung baik di dalam gereja maupun di luar gereja.

 

Tahapan Penerapan

Menjadikan bulan Natal sebagai bulan berbagi dapat dilakukan dalam tiga tahap.

Tahap pertama ialah berbagi di lingkungan gereja sendiri. Pengurus gereja dapat menggalang dana dari anggota jemaat yang sedang diberkati dan memikirkan hadiah-hadiah yang dibutuhkan bagi anggota jemaat yang membutuhkan. Dengan demikian, semua anggota jemaat akan bergembira pada bulan Natal. Jumlah dan bentuknya tentu tidak bisa sama, tetapi semangatnya harus sama, yaitu memberikan yang terbaik, seperti memberi kepada Tuhan Yesus Kristus.

Tahap kedua, berbagi di lingkungan sesama orang percaya. Misalnya, berbagi pada orang percaya yang ada di penjara, di rumah sakit, di wilayah terkena bencana, dan di tempat-tempat yang memang membutuhkan. Anggota jemaat perlu didorong untuk tidak terlalu memikirkan diri sendiri, melainkan belajar untuk memikirkan orang lain yang lebih menderita dan lebih membutuhkan.

Tahap ketiga, berbagi bagi dunia.  Bila pada bulan Natal gereja berbagi pada dunia, maka pada waktunya nanti, bulan Natal akan dikenal bukan sebagai bulan pesta pora, melainkan bulan kasih sayang sedunia atau bulan kasih Yesus Kristus, karena pada bulan inilah gereja berbuat yang terbaik untuk sesama manusia. Dengan cara itu, kita sudah memuliakan Tuhan Yesus Kristus dan telah melaksanakan perintah-Nya memberitakan Injil.

 

Penutup

Kelahiran Tuhan Yesus Kristus yang setiap tahun kita rayakan dan pestakan adalah kesempatan terbaik untuk memuliakan nama Tuhan Yesus dengan cara menjadikan bulan Natal sebagai bulan kasih Tuhan Yesus dengan cara membagi kebahagiaan bagi orang-orang yang kurang beruntung dalam hidupnya. Mari kita mulai dengan tahun ini dan terus meningkatkannya pada tahun-tahun yang akan datang. Kita mensyukuri berkat Tuhan sepanjang tahun dan mengakhiri tahun dengan membagi sebagian berkat Tuhan kepada orang yang membutuhkannya dan sekaligus berharap pada tahun yang segera tiba, berkat Tuhan semakin dicurahkan ke dalam hidup kita, keluarga kita, dan gereja kita. (esg)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar