Mejuah-juah.  Selamat datang di blog sederhana kami: "Gereja Injili Karo Indonesia.   Gereja Injili Karo Indonesia(GIKI) adalah gereja yang mengintegrasikan INJIL dan budaya KARO, dengan membina sentralitas, sakralitas, dan ritualitas iman.   2K(KK): Kristus dan Karo! Kami mencintai Kristus dan Karo; Kami menyembah Kristus dengan budaya Karo.   Syalom ras Mejuah-juah man banta kerina... Adi Tuhan Yesus sijadiken palas bas tengah-tengah geluhta, maka megegeh kita mbentasi kegeluhen enda aminna pe lit kalisunggung i lebe-lebenta .... adi megermet kita kerna budayanta, maka meriah katawari pe ukurta sebab enterem temanta si banci nampati kita...Syaloom mejuah-juah. Tuhan Yesus memberkati.

5 Mar 2013

Tiga Penyebab


Tiga Penyebab Tiga Solusi

(Pemikiran Awal Untuk Pemulihan Kekristenan di Indonesia)

(Edi Suranta Ginting)

-----------------------------------------------------------------------------------

Pendahuluan

Gambaran kekristenan di Indonesia yang mengalami kemunduran sudah secara umum dapat diterima oleh para pemimpin gereja di Indonesia. Secara kuantitas, 12 kantong Kristen di Indonesia, mulai dari Papua hingga ke Nias sudah mengalami penggerusan. Secara kualitas, kita pun harus mengakui bahwa peran dan partisipasi orang Kristen di tengah-tengah bangsa dan negara ini semakin terpinggirkan.

Oleh karena itu, berbagai pihak mencoba menawarkan solusi. Ada gerakan Transformasi yang digagas oleh Dr. Iman Santoso. Gerakan ini mencoba mendorong gereja untuk mentransformasi diri guna dapat tampil lebih efektif lagi di dalam pelayanan. Ada juga yang berusaha dengan meningkatkan pelayanan penginjilan dan pelayanan kebangunan rohani.  Ada juga upaya untuk meningkatkan pengajaran terhadap jemaat.

Saya kira, apapun solusi yang ditawarkan adalah baik dan perlu didoakan agar diberkati oleh Tuhan. Beragam solusi adalah gambaran beragama corak dan karakter orang percaya dan sekaligus juga beragam  persoalan yang dihadapi oleh gereja.

Sebagai orang yang bergerak di pendidikan teologi, khususnya teologi sejarah gereja dan sekaligus juga sebagai praktisi gereja,  maka saya memiliki solusi juga untuk ditawarkan. Saya akan mulai dengan melihat tiga faktor penyebab dan menawarkan juga tiga solusi.

Tiga Penyebab Kemerosotan

Studi awal saya tentang penyebab kemerosotan kekristenan di Asia menunjukkan ada tiga faktor penyebab.  Ketiga faktor ini relevan dengan kondisi yang saya amati di Indonesia.

Satu, tidak memberitakan Injil karena bertentangan dengan peraturan negara dan bertentangan dengan keinginan masyarakat mayoritas. Di tengah-tengah komunitas yang bukan Kristen, maka misi Kristen menjadi perhatian dari kelompok mayoritas dan penguasa. Banyak gereja di Timur Tengah mengalami kemerosotan yang hebat karena dilarang untuk memberitakan Injil.

Secara faktual, orang Kristen di Indonesia pun sebenarnya dilarang untuk memberitakan Injil. Kita bisa melihat bahwa bila ada orang yang menjadi percaya kepada Injil dan bersedia menjadi Kristen, maka masyarakat akan bereaksi keras. Bahkan tidak jarang, orang yang memberitakan Injil dipenjarakan.

Kondisi ini mendorong gereja untuk mengevaluasi diri dan mengevaluasi panggilan untuk mengabarkan Injil. Sebagian gereja mengubah makna mengabarkan Injil dengan makna baru yaitu menghadirkan syalom di tengah-tengah lingkungan.  Inilah saya kira yang akan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kekristenan akan semakin berkurang dan akhirnya lenyap.

Dua, orang Kristen lebih miskin dan lebih bodoh daripada orang lain. Kasus ini terjadi di Persia ketika bangsa  Mongol berkuasa. Seorang utusan Roma datang berkunjung ke Persia dan mengajak gubernur Persia yang orang Mongol  untuk menjadi Kristen. Inilah jawaban sang gubernur sembari mengajak utusan Roma melihat ke beberapa wilayah Persia, “Anda lihat kumpulan orang Kristen yang lemah, bodoh, tak punya semangat hidup dan menjadi beban negara. Apakah Anda menawarkan saya untuk menjadi seperti mereka?”

Sekarang ini, tiga provinsi termiskin di Indonesia adalah provinsi ‘Kristen’ yaitu Papua, Maluku, dan Timor. Beberapa kasus orang Kristen meninggalkan iman Kristen adalah karena hidup mereka yang miskin. Kemiskinan menjadi salah satu faktor penyebab orang Kristen Indonesia meninggalkan iman mereka.

Tiga, tidak berakar dalam budaya. Ada dua kasus menarik yang berhubungan dengan ini. Nestorianisme adalah gereja yang berkembang pesat sejak abad ke-7. Akan tetapi, gereja ini nonkontekstual, karena berpusat pada budaya Siria. Semua unsur-unsur gereja bersifat Siria, mulai dari bahasa liturgi hingga ke bangunan gereja. Ketika terjadi konflik di Cina, maka penguasa Cina menutup diri terhadap bangsa-bangsa asing. Orang Kristen Cina menghadapi dilema. Akhirnya, mereka menerima Cina dan meninggalkan agama Kristen.

Kasus kedua adalah Gereja Armenia. Gereja Armenia menghadapi serangan dan tekanan yang hebat dari negara-negara Islam. Akan tetapi mereka dapat bertahan dan bahkan hingga hari ini mereka dapat bertahan. Mengapa mereka bisa bertahan? Beberapa ahli memberikan alasan karena orang Armenia dan Kristen sudah menyatu.

Kekristenan Indonesia pada umumnya adalah kekristenan yang nonkontekstual. Bapa Reformasi menegaskan bahwa iman dan budaya adalah dua dunia yang berbeda yang tidak mungkin bisa menyatu. Keduanya bagaikan rel kereta api yang terus berjalan berdampingan tetapi tidak berjumpa.

 

Tiga Solusi

Untuk memulihkan kembali kekristenan Indonesia, saya menawarkan tiga solusi dengan semangat kontekstualisme.

Satu, menjadikan Tuhan Yesus dan agama Kristen sebagai pusat kehidupan dan tujuan kehidupan. Untuk mencapai hal itu, maka setiap orang Kristen harus mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus dan mengalami kasih-Nya yang nyata di dalam kehidupan setiap hari. Dengan melihat pada pengalaman Gereja Mula-mula, maka orang yang mengasihi Tuhan Yesus akan senantiasa bersaksi tentang Tuhan Yesus dan rela menanggung risiko atas kesaksiannya tersebut.

Orang Kristen yang mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus akan mengalami pula pembaruan hidup. Pembaruan hidup itu akan berdampak pula pada pembaruan sosial dan ekonomi. Contoh kehadiran Pietisme di Indonesia pada pertengahan abad ke-19 adalah bukti nyata. Orang-orang Karo mengenal sekolah, teknik pertanian, kesehatan, dan keterampilan adalah dari para misionari yang datang ke Tanah Karo.

Jadi, dengan solusi pertama ini, faktor penyebab satu dan dua sudah dapat diatasi.

Dua, meritualkan kekristenan. Kekristenan kita sekarang ini kebanyakan adalah kekristenan konsep yang abstrak. Padahal, bagi orang Indonesia pada umumnya, hal-hal yang berhubungan dengan agama itu diupacarakan. Upacara adalah bentuk hormat seseorang kepada alam dan kepada Tuhan. oleh karena itu, kekristenan sekarang harus dievaluasi dan mempertimbangkan unsur ritual yang lebih sesuai dengan konteks budaya.

Tiga, mengembangkan sakralitas. Sakralitas adalah bentuk budaya yang menghormati Yang Mahakuasa dan pengejawantahannya di dunia ini. Oleh karena itu, sesuatu yang berbeda yang dipandang sebagai gambaran yang ilahi akan diperlakukan secara berbeda atau dalam bahasa budaya dikeramatkan.

Dalam kekristenan, Allah dipandang dan diterima sebagia Yang Mahakudus atau yang mahakhusus yang berbeda dengan ilah-ilah yang ada di dunia ini. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah pun dikhususkan pula, seperti orang yang percaya  kepada-Nya disebut orang kudus, tempat berjumpa dengan-Nya pun disebut tempat yang kudus, hari untuk beribadah kepada-Nya disebut hari yang kudus.

Kekristenan sekarang ini hampir mengabaikan nilai-nilai sakralitas kekristenan. Oleh karena itu, rasa hormat dan takut orang Kristen terhadap Tuhan pun semakin menipis. Oleh karena itu, usulan saya ialah supaya gereja kembali menegakkan sakralitas kekristenan, seperti menguduskan hari Sabat, menyebut nama Tuhan Yesus dengan hormat, memperlakukan Alkitab dengan khusus, dan lain-lain.

Penutup

Arnold Toynbe mengatakan bahwa orang atau masyarakat yang bisa bertahan ialah orang atau masyarakat yang bisa menghadapi perubahan-perubahan. Bila kekristenan kita sekarang ini mengalami kemerosotan, maka sikap yang semestinya ialah mengevaluasi pola pembinaan dan pola pengajaran yang kita lakukan dan bersedia untuk mengubah diri.

Kita harus bersedia untuk berubah ke arah yang lebih baik. Mari kita evaluasi penyebab kemunduran kita dan mempertimbangkan dengan seksama solusi untuk pemulihan. Pertimbangan yang seksama atas solusi pemulihan dilanjutkan dengan keberanian untuk mencoba sembari terus menyediakandiri untuk mengevaluasi pembaruan yang dilakukan.

Kiranya Tuhan Yesus menolong dan memberkati usaha dan pemikiran kita. (esg)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar