Rut Yang Setia
Rut 1: 12--22
Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku." (Rut 2: 2)
Menurut Rasul
Paulus ada tiga permusuhan klasik di tengah-tengah dunia ini, yaitu permusuhan
antara laki-laki dan perempuan, orang kaya dan orang miskin, bangsa kuat dan
bangsa lemah.
Barangkali
bisa ditambahkan satu lagi, yaitu permusuhan antara mertua dan menantu. Sangat
umum kita mendengar bahwa para menantu sangat menghindari mertuanya. Mengapa
menantu menghindari mertuanya? Oleh karena seorang mertua akan selalu merasa
bahwa menantunya tidak bisa memberikan sebaik yang dia berikan kepada anak
laki-lakinya.
Sangat berbeda
dengan Rut. Ketika ada kesempatan untuk merdeka dan melepaskan diri dari
mertuanya yang miskin dan tua, ia tidak melakukannya. Ia bahkan melekatkan
dirinya pada mertuanya dan ikut ke kampung mertuanya.
Ketika tiba di
kampung mertuanya dan tinggal di rumah mertunya yang sangat sederhana, Rut
tidak menghabiskan waktunya untuk mengeluh dan meratapi nasibnya dan nasib
mertuanya. Yang ia pikirkan ialah solusi atas masalah mereka.
Oleh karena
itu, Rut segera meminta izin mertunya untuk mencari gandum ke ladang orang yang
sedang panen gandum. Seharian Rut bekerja keras di bawah terik matahari tanpa
mengeluh dan berkeluh-kesah. Sorenya ia pulang membawa gandum dan mengolahnya
untuk makanan mereka berdua.
Ternyata,
kesetiaan Rut mendatangkan berkat dari Tuhan. Rut berkenalan dengan Boas,
pemilik banyak sawah dan masih kerabat almarhum suaminya. Boas melihat
kesetiaan dan kebaikan Rut, sehingga hatinya tertarik untuk mengambil Rut
menjadi istrinya.
Rut bukan
hanya menjadi istri Boas, tetapi juga melahirkan anak yang nantinya menjadi
leluhur Tuhan Yesus Kristus. Itulah upah yang pantas bagi orang yang setia dan
menunjukkan kebaikan di dalam hidupnya. (esg)
Kesetiaan
dan Kebaikan
Akan
Mendatangkan Kesenangan